Mereka Harapan Masyarakat Indonesia

 


Kondisi Indonesia saat setelah merdeka yang kian hari makin bobrok. Terutama pada umat islam yang hanya terlena pada kejayaan dimasa jadul. Lalu adanya pemisah antara ilmu pendidikan dan ilmu agama membuat muak sekelompok mahasiswa yang terang akalnya, jiwanya dan sadar akan tanggung jawab sebagai agent of change menjadi dasar atas berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 5 Februari 1947 di Sekolah Tinggi Ilmu, Yogyakarta.

Diprakarsai oleh Lafran Pane beserta 14 mahasiswa Universitas Islam Indonesia sebagai tokoh para pendiri organisasi perjuangan HMI. Lalu mereka sebagai Pengurus Besar HMI membuat anggaran dasar dan tujuan HMI yang berbunyi “Terbinanya insan akademsi, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.

Himpunan Mahasiswa Islam berasas Islam, yang sempat membuat kubu PKI ketar-ketir akibat takut kehilangan kekuasaan dan kepentingannya. Sehingga PKI mendesak Ir. Soekarno selaku Presiden RI untuk membubarkan dan ganyang HMI.

Pernyataan HMI sebagai “Harapan Masyarakat Indonesia” yang terlontar dari mulut Jendral Soedirman,  menambah semangat juang kader HMI untuk terus membela kesatuan Indonesia demi kepentingan umat dan bangsa.

Namun pada tahun 1980-an pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 08 Tahun1985 tentang keormasan memaksa semua organisasi massa menerima Pancasila sebagai asas tunggal tak terkecuali HMI.

Seperti benderang perang HMI hancur lebur sebab harus menerima asas tersebut. Pada kongres HMI di Padang, HMI pecah menjadi dualisme : HMI-DIPO yang berasaskan Pancasila dan HMI-MPO yang berasaskan islam, namun dianggap anak haram yang sering disebut gerakan Undergorund dan tidak diakui negara karena menolak asas tunggal yaitu Pancasila.

Seiring berjalannya pergerakan, maka menimbulkan pergolakan permasalahan kehidupan yang aneh dan kian menumpuk, bahkan membuat kebutuhan pokok melonjak mengalahkan harga diri. Begitu juga seperti HMI-DIPO yang terdapat dualism pada Pengurus Besarnya.

Jika sudah dualisme seperti ini apakah MEREKA selaku HMI masih layak untuk dipanggil dengan sebutan Harapan Masyarakat Indonesia? sebab dualisme adalah ciri-ciri kemunduran HMI.

“Maka dualism itu harus dihentikan dengan cara Islah dan mengganti struktural kepengurusan sesuai dengan anggaran dasar HMI”ujar Adam Ketum HMI komisariat UNTAG JKT.

Selain itu HMI akan mengadakan Kongres ke-31 yang akan digelar di Surabaya pada awal tahun 2021 untuk mengembalikan dan menjaga marwah HMI dengan yakin usaha sampai.

 

 Penulis : Ari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DISKUSI ONLINE HMI KOM UNTAG JKT "Rekonstruksi Feminisme dari Perspektif Islam dan Perempuan dalam Gerakan Buruh"

Silahtuhrahmi Dengan Kasubsi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Utara